Batanghari – Para pelaku illegal drilling di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin, nampaknya tak peduli dengan ancaman hukum serta risiko besar di balik aktivitasnya.
Berkali-kali terbakar dan menelan korban jiwa, namun ilegal drilling masih massif beroperasi. Baru-baru ini, giliran lokasi ilegal drillling yang diduga milik Sitanggang dan Manalu yang dilahap api pada Rabu sore, 12 Februari 2025.
Informasi dihimpun dari berbagai sumber, setidaknya terdapat 5 korban luka serius atas musibah kebakaran sumur minyak ilegal, punya kedua pemain minyak ilegal tersebut.
“Kalau pelansir, pekerja rata-rata orang sinilah, kami cuma kerja untuk kebutuhan hidup,” ujar seorang pekerja, yang berhasil dihimpun tim awak media.
Namun pria paruh baya tersebut nampak enggan untuk buka mulut lebih jauh terkait pemodal atau empunya sumur minyak ilegal tersebut.
Sementara kelima korban yang mengalami luka bakar atas kejadian tersebut, dikabarkan langsung dilarikan ke Puskesmas Jangga Baru untuk beroleh pertolongan medis. Dua di antaranya bahkan sampai dilarikan ke RSUD HAMBA Muara Bulian untuk mendapat perawatan intensif.
Namun atas bencana kebakaran tersebut, Kasi Humas Polres Batanghari Iptu Simbang dikonfirmasi belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut.
“Belum, belum dapat data-datanya dari orang Tipidter,” kata Simbang lewat telepon pada Jumat, 14 Februari 2025.
Sementara itu Kanit Tipidter Polres Batanghari Ipda Ferdinan Ginting dikonfirmasi via WhatsApp belum merespons hingga berita ini tayang.
Musibah kebakaran berulang di Dusun Jebak, Desa Senami, Muara Tembesi ini pun seakan jadi bukti betapa masifnya aktivitas ilegal drilling di areal Tahura Senami.
Indikasi pembiaran atas aktivitas tersebut kini menuai sorotan publik terhadap integritas Polres Batanghari dalam melakukan penindakan tegas atas tindak pidana migas di wilayah hukumnya.
Hingga berita ini terbit, awak media masih terus berupaya menghimpun informasi lebih lanjut dari berbagai pihak terkait.
Reporter: Juan Ambarita
